Minggu, 03 Mei 2009

Kantring Genjer-genjer (Teguh Winarsho AS)




KANTRING YANG TIDAK BIKIN 'KANTRING'


Teguh Winarsho AS adalah seorang penulis Indonesia yang cukup produktif. Selain telah menghasilkan kumpulan cerpen seperti Bidadari Bersayap Belati, Perempuan Semua Orang, Kabar dari Langit, dan Tato Naga, Teguh juga telah menulis novel-novel seperti Tunggu Aku di Ulegle, Jadikan Aku Pacar Gelapmu, dan beberapa novel yang dipublikasikan lewat koran seperti Suara Pembaruan, Sinar Harapan, dan Republika.

Kantring Genjer-genjer adalah novel Teguh yang diterbitkan oleh PUstaka puJAngga (tulisannya memang demikian) yang berlokasi di Lamongan dengan embel-embel dari kitab kuning sampai komunis. Embel-embel ini sama sekali tidak berpengaruh signifikan pada isi cerita. Yang jelas, sampulnya, terutama sampul belakang, tidak akan ditemukan hubungannya dengan cerita yang ada.

Judul novel mungkin akan menyebabkan kebingungan seperti judulnya pada sebagian pembaca. Apa maksud judul ini? Kantring dan Genjer-genjer. Apakah karena pembaca bisa dibuat bingung oleh novel ini? Ataukah lagu genjer-genjer itu memang membingungkan? Semoga saja semua pembaca, apalagi yang tidak berlatar belakang Jawa mengerti arti judul yang sama sekali tidak ada penjelasan dari pengarang (bandingkan dengan Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma). Ataukah novel ini memang ditargetkan untuk pembaca dari suku Jawa? Karena selanjutnya, pembaca akan disuguhkan banyak kata dalam bahasa Jawa. Semoga saja, dengan tidak ada padanan kata bahasa Indonesia yang diberikan, pembaca bisa dhong (=mengerti) apa yang diinginkan pengarang.

Lepas dari itu, Kantring Genjer-genjer adalah sebuah novel yang cukup menarik. Temanya mungkin sudah biasa. Ada mistik, ada sejarah, sehingga ada ontran-ontran (=geger, kekacauan). Soal mistik mungkin sudah sejak dahulu kita kenal. Tapi sejarah, apalagi yang berbicara masalah seputar peristiwa Lubang Buaya sepertinya baru mengemuka secara bebas pasca reformasi. Sekarang kedua tema ini sudah terasa sangat biasa. Bahkan mungkin ada yang sudah bosan. Untuk itu kepiawaian penulis diperlukan untuk menciptakan karya yang menarik sangat dibutuhkan. Salah satunya tentu saja adalah gaya bercerita. Dan itulah yang rupanya diandalkan oleh Teguh.

Kantring Genjer-genjer dipintal menjadi novel dari tujuh bab yang dijalin berdasarkan pengalaman tokoh aku dan cerita yang didengarnya dari seorang laki-laki tua yang dijumpainya sewaktu kembali ke dusun Panjen.

Adalah Sadikin, seorang pengangkut batu di kali Krasak, selamat dari godaan iblis perempuan penghuni kali (?) tetapi berulang kali mencoba mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ternyata Sadikin tetap tidak mati-mati. Orang-orang Panjen menganggapnya sakti dan ingin berguru padanya. Maka Sadikin mendirikan padepokan dengan mengangkat Ki Sangir sebagai kepala dengan tujuan untuk mendapatkan kekayaan. Padepokan tersebut berkembang dengan pesat dan menyedot ratusan cantrik (=murid atau santri) dengan jualan utama ilmu pati sukma. Ki Sangir meyakinkan pada orang-orang bahwa semua ilmu yang ia ajarkan adalah atas izin Gusti Allah. Padahal arah kiblat saja dia tidak tahu.

Kyai Barnawi, pemilik pesantren tua yang nyaris ambruk murka karena 15 santrinya beralih ke padepokan Sadikin. Kemurkaannya membuat Ki Sangir menganggapnya sebagai ancaman besar bagi padepokan. Untuk melawan Barnawi, Sangir memutuskan memperistri perempuan iblis penunggu kali Krasak yang dinamainya sebagai Nyi Ratu Krasak. Padahal anak Sangir dari istri tuanya (yang ternyata bernama Kantring) menjadi santri pesantren Barnawi. Untuk mencegah hal yang dikhawatirkan Sadikin bahwa anak Sangir akan bersatu dengan Barnawi untuk melawan ayahnya, Sangir memutuskan mengirim anaknya menjadi tentara. Dalam hati, Sadikin ingin menyingkirkan Sangir agar tetap menjadi orang nomor satu di padepokan dan bisa mendapatkan tubuh molek Suni, istri muda Sangir.

Padepokan Sadikin dibangun menjadi lebih megah dengan batu-batu kali Krasak tanpa gangguan Nyi Ratu Krasak, kemudian dirayakan dengan pesta mabuk-mabukan dan seks. Tidak mau kalah pamor di mata orang-orang Panjen, Barnawi menyuruh santri-santrinya untuk menjarah orang-orang Panjen dengan alasan semua yang ada di muka bumi dan langit adalah milik Gusti Allah, jadi itu juga adalah rizki Gusti Allah bagi mereka. Bersamaan dengan penjarahan yang dilakukan santri-santrinya, Kyai Barnawi mendoakan keselamatan mereka. Kemudian dengan hasil penjarahan, pesantren direnovasi dan Barnawi menambah koleksi istri.

Sementara itu, Sadikin menjalankan rencana untuk membunuh Sangir. Setelah 3 rencana yang disusunnya gagal diterapkan, Sadikin mencoba rencana keempat. Namun, pada saat menjalankan rencana keempat, Sangir menyantet Sadikin sampai akhirnya laki-laki itu mati.

Permusuhan Sangir dan Barnawi terus merebak sampai pasca peristiwa Lubang Buaya. Barnawi memanfaatkan situasi yang panas dengan menuduh Sangir sebagai antek PKI. Barnawi terbunuh. Kodim turun tangan. Para tentara melancarkan aksi pembunuhan masal. Tapi Sangir menghilang.

Selain kisah permusuhan di atas, diceritakan juga tentang si aku yang baru pulang ke dusunnya dan berkali-kali diperkosa oleh Nyi Ratu Krasak. Tokoh aku inilah yang menjadi anak Sangir dari istri tuanya, Kantring. Dia jadi santri di pesantren Barnawi, kemudian dikirim Sangir untuk menjadi tentara. Pada saat tokoh aku bercerita, dia baru kembali dari Jakarta setelah peristiwa yang dikenal sebagai G30SPKI. Tokoh aku ini terlibat penculikan para jenderal dan ikut membunuh mereka di Lubang Buaya. Pada saat para tentara yang ditugaskan menculik dan membunuh para jenderal digaruk untuk dibunuh, si aku melarikan diri hingga kembali ke dusunnya.

Tapi tepat saat si aku merasa dusunnya sudah tidak aman baginya dan memutuskan pergi, dia dihadapkan dengan pilihan berat yang harus diambilnya di bawah todongan pistol.

* * *

Seluruh cerita yang kita baca adalah laporan si aku pada Kantring, ibunya yang telah meninggal. Kantring, seperti namanya, memiliki rahasia yang membuatnya kebingungan sebenarnya anaknya itu hasil hubungan dengan Sangir atau Barnawi yang diam-diam kawin siri dengannya. Siapa ayah kandung si aku, tidak ada jawaban hingga cerita berakhir.

Seperti disebut sebelumnya cerita dijalin dari pengalaman si aku dan cerita yang didengarnya dari seorang laki-laki tua pengangkut batu yang kemudian mati dibunuh. Mengingat sebagian besar cerita didasarkan pada penuturan si laki-laki tua, pada banyak tempat terasa janggal membaca detail yang disampaikan, apalagi mencakup hal-hal pribadi yang hanya diketahui oleh Ki Sangir, Kyai Barnawi, dan Sadikin. Misalnya, dari mana si tua tahu eksperimen seksual yang dilakukan Sadikin dengan seekor angsa? (Hal. 22). Bagaimana si tua tahu isi hati dan kepala para tokoh yang kemudian disampaikan kembali si aku?

Selain beberapa kesalahan cetak, kita juga akan menjumpai kata yang terkesan tidak tepat disampaikan pada saat cerita yang kita baca berlangsung. Contohnya kata doktrin pada hal. 21 atau orgasme pada hal. 39. Benarkah kata-kata ini lazim diucapkan oleh orang dusun waktu itu?

Tapi coba simak nakal-nya Teguh. Terlepas dari benar-tidaknya peran Soeharto di balik peristiwa Lubang Buaya, coba baca teliti, siapa sesungguhnya sosok Lasmi yang mengajak si aku bercinta dan menceritakan rahasia di balik peristiwa Lubang Buaya tersebut. Bacalah hal. 108 untuk menegaskan jawabannya.

Satu hal lagi. Siapakah nama tokoh aku yang sesungguhnya? Hanya bisa ditemukan di kalimat terakhir novel. Untuk yang pernah belajar sejarah mungkin bisa menghubung-hubungkan sendiri.

Secara keseluruhan, Kantring Genjer-genjer adalah novel yang cerdas, jenaka, dan berani.



Data Buku:

Judul Buku : Kantring Genjer-genjer
Penulis : Teguh Winarsho AS
Terbit : Cetakan Pertama, Februari 2007
Penerbit : PUstaka puJAngga


0 komentar: