Ada Seseorang di Kepalaku Yang Bukan Aku (ANB)
Kecuali cerpen berjudul "Seekor Hiu di Cangkir Kopi", cerpen-cerpen dalam kumpulan ini telah dikorankan oleh beberapa
Pada dasarnya, kemasan dan isi kumpulan ini cukup menarik. Cerpen tampil cukup variatif. Mungkin karena latar belakang Akmal adalah seorang wartawan, secara tematik, cerpen-cerpennya lahir dari pekerjaannya yang penuh warna. Kita akan membaca tema-tema cerita yang berjalan sendiri-sendiri dan hal itu wajar, tidak ada aturan yang mengharuskan sebuah kumpulan cerpen harus dibuhul oleh tema yang sama. Bahkan sebuah cerpen dengan tema yang sama bisa menimbulkan kebosanan karena akan cenderung monoton.
Membaca antologi ini, kita akan dibawa dalam berbagai karakter-karakter imajinasi Akmal. Nila yang gila setelah menjagal suami dan anak-anaknya, dipenjarakan dan bukannya dirumahsakitjiwakan. Midun dan Halimah yang melompat "keluar" dari tulisan Sutan Sampono Kayo, bercakap-cakap di Budha Bar, kemudian salah satunya menyebabkan tewasnya sang pengarang tersantun di dunia. Aida, wartawati berdarah Irak, bekerja di Yordania dan datang ke
Akmal bermain-main membingungkan pembaca dalam "Tewasnya Pengarang Tersantun di Dunia" dan "Prolog Kematian". Bermain romantis dan sendu dalam "Dilarang Bercanda dengan Kenangan" dan "Seekor Hiu di Cangkir Kopi". Bermain kocak dalam "Kelambu" dan terutama "Boyon". Menyengat realita dalam "Lebaran Penghabisan" dan "Lelaki yang Berumah di Tepi Pantai". Dan terasa biasa-biasa saja dalam "Lelaki Gagah" dan "Perkabungan Hujan".
Dalam hampir semua cerpennya, Akmal menebarkan aroma populer yang rupanya digeluti dan sangat dikuasainya. Musik. Film. Bintang film. Tetapi rupanya itu telah menjadi ciri khas Akmal seperti halnya dalam novel Imperia. Satu yang perlu dia cegah dalam karya-karya berikut adalah jangan sampai informasi-informasi yang tidak penting mengambil tempat terlalu banyak dalam cerita karena kegemarannya berbagi informasi. Akmal juga coba menampilkan secara berbeda beberapa cerpennya seperti "Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku", "Perkabungan Hujan", dan "Seekor Hiu di Cangkir Kopi", tetapi sebetulnya tidak berdampak pada isi cerita, selain sekedar upaya untuk tampil beda saja.
Tetapi secara keseluruhan, Akmal menyusun cerita-ceritanya secara menarik dengan kalimat-kalimat yang efektif dan cerdas. Teknik penyajian Akmal memberi dampak pada kenikmatan untuk mencernak cerpen-cerpennya.
Akmal bukan jenis pengarang yang gemar bermain simbol, sederhana, tetapi memikat. Sekali jalan, kita bisa menuntaskan seluruh isi antologinya sekaligus menikmatinya.
Walaupun bermain di ranah yang berbeda dengan
Mungkin sebaiknya Akmal menghindari ungkapan-ungkapan aneh seperti "sepersejuta kerjap mata" (Prolog Kematian). Walaupun paham maksudnya, ungkapan itu terasa janggal. Penyuntingan yang baik tentu saja dibutuhkan juga. Baca hal. 100 (Lebaran Penghabisan). Pada paragraf pertama baris kedua Akmal menulis " Makam ibu Maryati juga dikuburkan tak jauh dari situ". Jelas maksudnya, ibu Maryati yang dikuburkan di situ, bukan makam ibu Maryati.
Data Buku:
Judul Buku:
Penulis: Akmal Nasery Basral
Penerbit: Ufuk Press,
Cetakan I : Desember 2006
0 komentar:
Posting Komentar